BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan
implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka
kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper
3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak
bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,
bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American Assosiation on Mental
Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa Retardasi mental
yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase
kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan
lain sehingga retardasi mental masih merupakan dilema,
sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis,
pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
Retardasi
mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang
tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah kelainan fungsi intelektual yang
subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri secara sosial. RM
adalah suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah
normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya
proses belajar dan adaptasi sosial.
Retardasi
mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan kognitif muncul pada
masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal (IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri,
ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan;
akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.
Retardasi
mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari.
Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan
defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa.
Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental lebih bergantung pada hasil penilaian
IQ dari pada kemampuan adaptif.
Menurut
Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu keadaan perkem-bangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial.
Menurut The
American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi retardasi mental
mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi
mental didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rerata normal disertai dengan
kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode
perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan Lourie,
1980).
Kaplan
(1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi retardasi mental terdapat dua
model pendekatan yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan pendekatan
sosiokultural. Dari pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada
perubahan-perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan sosiokultural
menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara umum untuk mengikuti
norma-norma yang berlaku.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah definisi
dari Retardasi Mental ?
2.
Apa saja
Klasifikasi Retardasi Mental?
3.
Apa saja Tipe
Retardasi Mental?
4.
Apa Etiologi
Retardasi Mental?
5.
Bagaimana
Patofisiologi dari Retardasi Mental?
6.
Apa saja
manifestasi klinis Retardasi Mental?
7.
Apa saja
Komplikasi Retardasi Mental?
8.
Bagaimana
penatalaksanaan Retardasi Mental?
9.
Apa saja latihan
yang diberikan kepada penderita Retardasi Mental?
10. Bagaimana Pencegahan Retardasi mental?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang Retardasi Mental?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan untuk
penderita Retardasi Mental?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi dari Retardasi
Mental ?
2.
Untuk
mengetahui Klasifikasi Retardasi Mental?
3.
Untuk
mengetahui Tipe Retardasi Mental?
4.
Untuk
mengetahui Etiologi Retardasi Mental?
5.
Untuk
mengetahui Patofisiologi dari Retardasi
Mental?
6.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis Retardasi
Mental?
7.
Untuk
mengetahui Komplikasi Retardasi Mental?
8.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan Retardasi
Mental?
9.
Untuk
mengetahui latihan yang diberikan kepada
penderita Retardasi Mental?
10. Untuk mengetahui
Pencegahan Retardasi mental?
11. Untuk mengetahui
pemeriksaan penunjang Retardasi Mental?
12. Untuk mengetahui
Asuhan Keperawatan yang diberikan untuk penderita Retardasi Mental?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Retardasi
mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut WHO).
Retradasi
mental adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul
pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar
dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai
oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di
anggap normal.(Carter CH).
Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya kendala dalam penyesuaian
perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.(Crocker AC).
Retaldasi
mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi
dibawah rata-rata dan gangguan dalam ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum
orang berusia 18 tahun (Mansjoer,2001)
Retardasi
mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul beramaan dengan
kurangnya perilaku adatif, awitannya sebelum usia 18 tahun (Wong,2003).
B. Klasifikasi
Klasifikasi Menurut IQ :
- Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun)
- Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun)
- Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)
Untuk
menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah:
1. Intelligence Quotient (IQ)
2. Kemampuan anak untuk dididik dan
dilatih
3. Kemampuan sosial dan bekerja
(vokasional).
Berdasarkan
kriteria tersebut didapat tingkatan / klasifikasi dari Retardasi mental
(APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994) :
1. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12
tahun)
Karakteristik :
Karakteristik :
·
Usia
presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam kemampuan
berjalan, bicara , makan sendiri, dll
·
Usia
sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidik
khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
·
Usia
dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah
tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh
kecuali koordinasi.
2. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 – 55;
umur mental 3 – 7 tahun)
Karakteristik
:
·
Usia
presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara,
respon saat belajar dan perawatan diri.
·
Usia
sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku
aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan
berhitung.
·
Usia
dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi,
dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal, tidak bisa membiayai
sendiri.
3. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental
< 3 tahun)
Karakteristik :
Karakteristik :
·
Usia
prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi
sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar
seperti makan.
·
Usia
sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
·
Usia
dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan
berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan
gerak tubuh.
4. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25;
umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
Karakteristik :
·
Usia
prasekolah retardasi mencolok, fungsi Sensorimotor minimal, butuh perawatan
total.
·
Usia
sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon
emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas
pribadi. Usia mental bayi muda.
·
Usia
dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan
kelainan fisik.
C. Tipe
Retardasi Mental
Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly
Budhiman membagi:
1. Tipe
klinik
Pada retardasi mental tipe klinik
ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan
yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe
klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri
kelainan pada anaknya
2. Tipe sosio
budaya
Biasanya baru diketahui setelah
anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya
seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu
rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal
lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para
orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka
mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena
anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
D. Etiologi
Secara
kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok:
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
·
Perdarahan
intrakranial sebelum atau sesudah lahir
·
Cedera
hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
·
Cedera
kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
·
Rubella
kongenitalis
·
Meningitis
3. Infeksi sitomegalovirus bawaan
·
Ensefalitis
·
Toksoplasmosis
kongenitalis
·
Infeksi
HIV
4. Kelainan kromosom
·
Kesalahan
pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
·
Defek
pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Willi)
·
Translokasi
kromosom dan sindroma cri du chat
5. Kelainan genetik dan kelainan
metabolik yang diturunkan
·
Galaktosemia
·
Penyakit
Tay-Sachs
·
Fenilketonuria
·
Sindroma
Hunter
·
Sindroma
Hurler
·
Sindroma
Sanfilippo
·
Leukodistrofi
metakromatik
·
Adrenoleukodistrofi
·
Sindroma
Lesch-Nyhan
·
Sindroma
Rett
·
Sklerosis
tuberose
6. Kelainan Metabolik
·
Sindroma
Reye
·
Dehidrasi
hipernatremik
·
Hipotiroid
congenital
·
Hipoglikemia
(diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
7. Keracunan
·
Pemakaian
alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
·
Keracunan
metilmerkuri
·
Keracunan
timah hitam
8. Kekurangan Gizi
·
Kwashiorkor
·
Marasmus
·
Malnutrisi
9. Lingkungan
·
Kemiskinan
·
Status
ekonomi rendah
·
Sindroma
deprivasi.
E. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada
keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk
kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (
sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal
( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain
pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan ,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini
pada masa kanak-kanak.
F. Manifestasi
Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering
disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang
kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu.
Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi
mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
·
Katarak
·
Bintik
cherry-merah pada daerah macula
·
Korioretinitis
·
Kornea
keruh
2. Kejang
·
Kejang
umum tonik klonik
·
Kejang
pada masa neonatal
3. Kelainan kulit
·
Bintik
café-au-lait
4. Kelainan rambut
·
Rambut
rontok
·
Rambut
cepat memutih
·
Rambut
halus
5. Kepala
·
Mikrosefali
·
Makrosefali
6. Perawakan pendek
·
Kretin
·
Sindrom
Prader-Willi
7. Distonia
·
Sindrom
Hallervorden-Spaz
8. Gangguan kognitif ( pola, proses
pikir )
9. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan
resepsi bahasa
10. Gagal melewati tahap perkembangan
yang utama
11. Lingkar kepala diatas atau dibawah
normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
12. Lambatnya pertumbuhan
13. Tonus otot abnormal ( lebih sering
tonus otot lemah )
14. Terlambatnya perkembangan motoris
halus dan kasar
G. Komplikasi
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi (Karena penurunan
motilitas usus akibat oabt-obatan antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan
berserat dan cairan)
H. Penatalaksanaan
Berikut
ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
1. Obat-obat psikotropika (
tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
2. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan
tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
3. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
4. Karbamazepin ( tegrevetol) dan
propanolol ( Inderal )
Penanganan
terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja,
melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti
memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi
mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena
itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu
memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu
mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial
pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk
mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang
tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta
perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
I. Latihan Untuk Penderita Retardasi
Mental
Ada
beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental,
yaitu:
1. Latihan di rumah: belajar makan
sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst.
2. Latihan di sekolah: belajar keterampilan
untuk sikap social.
3. Latihan teknis: latihan diberikan
sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita
4. Latihan moral: latihan berupa
pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.
J. Pencegahan
Terjadinya
retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
1. Pencegahan Primer
Usaha
pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan:
a) Pendidikan kesehatan pada masyarakat
b) Perbaikan keadaan sosial-ekonomi
c) Konseling genetic
d) Tindakan kedokteran, antara lain:
·
Perawatan
prenatal dengan baik,
·
Pertolongan
persalinan yang baik, dan
·
Pencegahan
kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan
sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan diagnosis
dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
Adapun
tindakan lain yang bisa dilakukan adalah :
a) Meningkatkan perkembangan otak yang
sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang
pertumbuhan
b) Harus memfokuskan pada kesehatan
biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam
hal ini :
·
Perawatan
prenatal
·
Pengawasan
kesehatan regular
·
Pelayanan
dukungan keluarga
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a) Uji intelegensi standar ( stanford
binet, weschler, Bayley Scales of infant development )
b) Uji perkembangan seperti DDST II
c) Pengukuran fungsi adatif ( Vineland
adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour,
School edition of the adaptive behaviour scales ).
d) Pemeriksaan kromosom
e) Pemeriksaan urin, serum atau titer
virus
2. Pemeriksaan Diagnostic :
a) EEG (Elektro Ensefalogram)
b) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c) CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan
perubahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Mengenai
kehamilan, persalinan dan perkembangan anak.
2. Evaluasi komprehensif
Mengenai
kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ;
komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di
masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
3. Pemeriksaan fisik :
·
Kepala
: Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
·
Rambut
: Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
·
Mata
: mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
·
Hidung
: jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas,
dll
·
Mulut
: bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung
tinggi
·
Geligi
: odontogenesis yang tdk normal
·
Telinga
: keduanya letak rendah; dll
·
Muka
: panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
·
Leher
: pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
·
Tangan
: jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar,
klinodaktil, dll
·
Dada
& Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
·
Genitalia
: mikropenis, testis tidak turun, dll
·
Kaki
: jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk
4. Pemeriksaan Diagnostik :
·
EEG
(Elektro Ensefalogram)
·
MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
·
CT
Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury
jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
2. Gangguan komunikasi verbal b.d.
kelainan fungsi kognitif
3. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan
adaptasi social
4. Deficit perawatan diri b.d.
perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.
C. Intervensi
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b.d. kelainan fungsi kognitif
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit
pasien dapat berkembang sesuai dengan tingkatnya
Intervensi :
·
Kaji
factor penyebab gangguan perkembangan anak
Rasional :Agar tindakan yang dilakukan lebih tepat dan akurat
Rasional :Agar tindakan yang dilakukan lebih tepat dan akurat
Indentifikasi
dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang
optimal
Rasional :Meningkatkan upaya perkembangan mental anak
Rasional :Meningkatkan upaya perkembangan mental anak
·
Berikan
reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
Rasional :Meningkatkan rasa percaya diri anak
Rasional :Meningkatkan rasa percaya diri anak
·
Manajemen
perilaku anak yang sulit
Rasional :Melatih otak untuk lebih perpikir supaya otak mengalami perkembangan
Rasional :Melatih otak untuk lebih perpikir supaya otak mengalami perkembangan
·
Berikan
perawatan yang konsisten
Rasional :Agar perkembangan mental anak tidak mengalami pemberhentian atau kemunduran
Rasional :Agar perkembangan mental anak tidak mengalami pemberhentian atau kemunduran
Evaluasi :
·
Pasien
dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
·
Pasien
kembali mempunyai rasa percaya diri
2. Gangguan komunikasi verbal b.d.
kelainan fungsi kognitif
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit
pasien dapat berkomunikasi secara baik dengan orang lain
Intervensi :
·
Kaji
tingkat penerimaan pesan klien
Rasional :Mengetahui seberapa parah gangguan komunikasi verbal pasien
Rasional :Mengetahui seberapa parah gangguan komunikasi verbal pasien
·
Tingkatkan
komunikasi verbal dan stimualsi taktil
Rasional :Untuk tetap melancarkan proses pengobatan / melatih perkembangan anak
Rasional :Untuk tetap melancarkan proses pengobatan / melatih perkembangan anak
·
Berikan
instruksi berulang dan sederhana
Rasional :Agar anak bisa menerima hal apa yang akan kita sampaikan
Rasional :Agar anak bisa menerima hal apa yang akan kita sampaikan
·
Ajarkan
teknik-teknik kepada orang terdekat dan pendekatan berulang untuk meningkatkan
komunikasi.
Rasional :Mempermudah berkomunikasi dengan orang lain
Rasional :Mempermudah berkomunikasi dengan orang lain
Evaluasi :
·
Pasien
dapat berkomunikasi dengan baik
·
Pasien
dapat merasa nyaman dengan cara berkomunikasinya
3. Gangguan interaksi social b.d.
kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi social
Kriteria
Hasil :
Setelah
dirawat dirumah sakit klien dapat berinteraksi secara normal dengan orang lain
Setelah
dirawat dirumah sakit klien dapat bersosialisasi dengan masyarakat
Intervensi
:
·
Diskusikan
tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
Rasional
:Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain
·
Ciptakan
lingkungan yang aman saat berinteraksi dengan siapapun
Rasional :Tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi
Rasional :Tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi
·
Bina
hubungan saling percaya : sikap terbuka dan empati, sapa klien dengan
ramah, pertahankan kontak mata selama interaksi
Rasional :Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak
Rasional :Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak
·
Dorong
anak melakukan sosialisasi dengan orang lain
Rasional :Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain
Rasional :Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain
·
Dorong
klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
Rasional :Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain
Rasional :Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain
Evaluasi :
·
Klien
dapat menjelaskan manfaat berhubungan dengan orang lain
·
Klien
dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain
·
Klien
dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
4. Deficit perawatan diri b.d.
perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.
Kriteria
Hasil : Setelah dirawat di rumah sakit klien dapat melakukan perawatan diri
Intervensi
:
·
Diskusikan
tentang keuntungan melakukan perawatan diri
Rasional :Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
Rasional :Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
·
Diskusikan
tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri
Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
·
Dorong
dan bantu anak melakukan perawatan sendiri
Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
·
Beri
pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri Rasional :Reinforcement
positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk
melakukan perawatan diri
Evaluasi : Klien dapat menyebutkan
keuntungan dari melakukan perawatan diri
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan
fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya
mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan
ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur
dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi
mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya
faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada
penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi
yang besar.
B. Saran
Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan
dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan
mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu
melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat
membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan
penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
Daftar
Pustaka
Nelson, 1994, Ilmu kesehatan anak, Jilid I,EGC, Jakarta.
Betz and Sowden, 2002, Buku saku keperawatan pediatri, EGC,
Jakarta.
Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification
(NOC) edisi 4. Mas By Eiseuiere: LISA.
McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification
(NIC) edisi 4. Mosby Elsevien: LISA.
Membantu. makasih
BalasHapus